Rabu, 21 November 2018

Patriotisme (?)



Aku terbangun.
            Jam menunjukkan pukul 04.05. “10 menit lagi alarm akan berbunyi”, gumamku dalam hati. Hanya dalam waktu 10 menit inilah aku bisa merasakan nikmatnya kesunyian malam. Sepi, hampa, sunyi. Seakan dunia hanya ada aku dan Tuhanku. Mungkin inilah sebabnya pada waktu tersebut umat muslim sangat dianjurkan melaksanakan shalat Tahajjud.
            “Allahu Akbar Allahu Akbar….”
            Azan Subuh berkumandang, menandakan saatnya aku dan keluargaku memulai aktivitas. Sudah menjadi kebiasaan antara aku dan ibuku bergantian dalam hal saling membangunkan anggota keluarga lainnya. Kali ini, aku yang membangunkan kedua orangtuaku dan kakakku.
            Sejam sudah berlalu dan saatnya aku dan bapakku berangkat meninggalkan rumah, dan kami semua mulai melakukan rutinitas—yang dapat dibilang membosankan—kami masing-masing.
            Seperti biasa, bapakku menurunkanku di Jl. Talang (di samping Lawson). Kemudian aku berjalan menuju SMAN 68. Hanya pada saat inilah aku dapat merasakan sejuknya dan nikmatnya udara pagi perkotaan, sebelum disibukkan dengan berbagai macam aktivitas.
            Setibanya di sekolah, aku mengabsen di fingerprint scanner, lalu, aku menuju ke kelasku. Setelah menaruh tas, seperti biasa aku langsung menuju toilet. “Menabung”, kata orang-orang.
            Setelahnya, kupersiapkan buku bacaan untuk mengikuti kegiatan literasi sekolah. Kegiatan ini terbilang unik, karena seluruh siswa dikumpulkan di lapangan, hanya untuk membaca. “Literasi di lapangan sama dengan romusha”, ucap guru sejarahku.
            Kalau dipikir-pikir, beliau memang benar. Seluruh rakyat diwajibkan berkumpul di 1 tempat dan salah seorang pimpinan akan memberikan tugas kepada mereka.
            Kalua dipikir-pikir lagi, begitulah cara kerja dunia. Mereka yang kuat berhak untuk memimpin yang lemah. Ah sudahlah, mengapa ceritaku jadi mengarah ke situ?
Kalau dikumpulkan di lapangan untuk membaca al-Qur’an dapat dimaklumi, karena memang disunnahkan/disarankan untuk membentuk perkumpulan (majelis). Akan tetapi, dikumpulkan hanya untuk membaca buku biasa yang notabene antar siswa bacaannya berbeda? Itu baru ‘luar biasa”.
             “Untuk apa semua program sekolah yang begitu banyak kita lakukan?”
Itulah pertanyaan yang sering muncul dalam hati dan benakku saat aku memikirkan dan melaksanakan program-program tersebut.
Inilah salah satu resiko yang harus dihadapi oleh seluruh warga 68, dimulai saat pertama kali menginjakkan kaki di SMAN 68. Aku sadar dengan permasalahan ini, dan aku berusaha sebaik mungkin untuk menghadapinya.
Namun, semua orang pasti memiliki titik jenuh. Mungkin inilah saatnya aku mencapai titik jenuh. Hanya bosan yang kurasa saat melakukan rutinitasku sehari-hari.
“Kalau anda punya solusi untuk permasalahanku, silahkan kirim solusi anda dengan ketik REG (spasi) 9090”
Kira-kira itulah caraku dalam mencari solusi dari permasalahan ini J
Sudahkah kuberitahu kau bahwa aku merupakan pengurus ekstrakurikuler—marching band & rohis—sekolah? Ya aku tahu, kedua ekskul tersebut dapat dibilang saling bertolak belakang. Namun, pikirkanlah sekali lagi, kedua ekskul tersebut malah dapat membuatku imbang. Mengapa? Marching band yang berorientasi pada kehidupan “dunia’ dan Rohis yang berortientasi kepada kehidupan “akhirat” lah yang membuatku seimbang.
Aku tahu apa yang para pembaca pikirkan.
“Di manakah letak patriotismenya?”
Kalau kalian membaca dan menelaah tulisanku lebih dalam, terselip banyak contoh sikap patriotisme.
Bukankah literasi yang menyebabkan para patriot bangsa sukses dalam merebut kemerdekaan bangsa? patriot-patriot tersebut sangat menyukai kegiatan literasi. Bahkan dapat dikatakan bahwa literasi lah yang membuka mata bangsa Indonesia dan membuatnya terpicu untuk merebut kemerdekaan. Jadi, dengan melakukan kegiatan semudah kegiatan literasi, tanpa disadari kita sudah mulai menanamkan sikap patriotisme dalam diri kita.
Bukankah agama mengajarkan untuk membela tanah air sebaik-baiknya? Melalui Rohis, kita saling bertukar pikiran dan melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memajukan bangsa. tanpa disadari, terdapat nilai patriotisme dalam kegiatan tersebut.
Saat latihan dan penampilan marching band, kita diajarkan untuk menghargai dan menghayati lagu yang dibawakan, tak terkecuali lagu-lagu wajib nasional. Dengan membawakan lagu-lagu semacam itu dengan khidmat dan menghayatinya, timbul rasa nasionalisme dan patriotisme. Tanpa disadari pula, terdapat nilai patriotisme dalam kegiatan tersebut.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan setiap hari di sekolah jika dilihat secara umum memang kurang efektif dalam menimbulkan rasa patriotisme. Akan tetapi, bukankah sudah menjadi tugas kita untuk berpikir kritis terhadap segala permasalahan yang dihadapi?
Pada akhirnya, semuanya kembali kepada masing-masing individu, entah ingin maju bersama ataupun tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar